Semua Bermula dari Ayahnya
Ayahnya
adalah sosok yang paling mempengaruhinya. Saat Ahok masih bayi, sang ayah
sampai pernah beradu mulut dengan ibunya karena memberikan beras kepada
tetangga yang kelaparan, padahal keluarganya sendiri sedang kesulitan. Mendapat
cerita itu, Ahok juga tidak habis pikir kenapa ayahnya melakukannya. Menanggapi
anaknya, sang ayah menjawab, “Jika kamu hendak menolong orang lain, jangan
pernah berpikir untuk menunggu hingga kamu berkelimpahan harta terlebih dahulu.
Karena semakin kekayaanmu bertambah, maka hatimu akan semakin melekat pada
harta itu." Akibatnya, kamu akan selalu merasa kekurangan. Tapi jika kamu
tetap membantu orang yang kesulitan, sekalipun kamu berada dalam posisi tidak
terlalu baik tetapi cukup memiliki apa yang diperlukan orang lain, maka semakin
kamu berkelimpahan. Kamu pun akan semakin senang membantu orang lain. Uang itu
penting, tapi jangan kita dikendalikan uang. Biarlah uang itu menjadi budak
kita.” Saat libur kuliah sang ayah mewajibkan anak-anaknya kembali ke kampung
halaman. Ahok mengaku sempat kesal karena sebenarnya ia ingin berlibur bersama
teman-temannya. Namun ayahnya ingin menjaga hati anak-anaknya agar tetap
merakyat dan tetap merasa menjadi bagian dari anak-anak kampung. Menurut
ayahnya, jika bertahun-tahun menuntut ilmu tanpa pernah kembali ke kampung,
maka hubungan emosional dengan kampung halaman akan lenyap. Ini akan
menyebabkan hilangnya empati terhadap orang-orang di kampung yang tidak
memiliki kehidupan seberuntung dirinya.
Bukan
hanya mengajarkan kepedulian kepada orang, sang ayah juga mengajarkan kepada
Ahok bagaimana bisa membantu orang banyak dengan menegakkan keadilan sosial,
bukan memberikan bantuan sosial. “Jika kita punya 1 milyar, kita bagikan 500
ribu rupiah per orang, hanya akan bisa diberikan kepada dua ribu orang. Jika
jadi pejabat, kamu bisa memberikan bantuan secara terus menerus kepada lebih
banyak orang lagi. Jadi cara terbaik untuk membantu orang adalah dengan menjadi
pejabat”. Kata-kata inilah yang melekat betul di hati Ahok dan menjadi alasan
utama dia ketika mulai berpolitik.
Tutup Pabrik
Setelah
menyelesaikan pendidikannya, Ahok memulai karir dengan membuka pabrik pasir
yang menjadi kontraktor untuk perusahaan-perusahaan di Belitung Timur. Pabrik
yang didirikan Ahok tergolong sukses, di mana Ahok mampu mendapatkan keuntungan
dalam jumlah besar dan mampu menghidupi banyak pegawai. Akan tetapi, usaha Ahok
ini menemui permasalahan ketika berhadapan dengan pejabat yang korup saat itu.
Pabriknya terancam ditutup jika ia menolak main mata dengan aparat. Ahok
menolak menyuap pejabat tersebut dan bahkan hampir memukulnya, sehingga
akhirnya pabrik miliknya benar-benar ditutup. Penutupan pabrik tersebut sempat
membuat Ahok frustrasi dan menyerah, hingga Ahok sempat berpikir untuk pindah
ke Kanada. Setelah kejadian ini berlalu, Ahok teringat pepatah yang pernah
diceritakan ayahnya: “Orang miskin tidak bisa melawan orang kaya, dan orang
kaya tidak bisa melawan pejabat”. Pesan ini diingat betul oleh Ahok bahwa jika
Ahok ingin melawan ketidakadilan dan korupsi, Ahok harus berpolitik dan menjadi
pejabat.
Karir Politik dan BTP
Ahok
akhirnya memilih masuk politik di tahun 2004. Ia maju menjadi calon
legislatif tingkat kota di Belitung Timur meskipun ketika itu ditawari oleh
satu partai besar untuk menjadi anggota DPR-RI. Ahok meyakini teori politik
Abraham Lincoln, Presiden ke 16 Amerika Serikat, “Kalau anda mau menguji karakter
seseorang, berikan orang itu kekuasaan”. Panggung yang terbaik dan termurah
untuk menguji karakter seseorang adalah dengan menjadi anggota DPRD tingkat 2. Untuk
menjadi anggota DPRD, Ahok sejak awal memilih berkampanye dengan cara yang
berbeda dari yang dilakukan caleg lainnya. Ahok menolak membagikan kaos dan
uang, dan memilih membagikan kartu namanya kepada warga. Ahok percaya bahwa
dirinya berpolitik untuk menjadi pelayan rakyat, sehingga ia tidak mau
memberikan uang kepada warga, bahkan sebaliknya ia justru berpikir bahwa
seharusnya rakyatlah yang seharusnya menyumbang. Cara ini juga Ahok gunakan
untuk menyaring pendukungnya yang benar-benar loyal dan memilihnya, bukan
sekedar pekerja politik yang mencari uang.
Selama
menjabat sebagai anggota DPRD, Ahok menunjukkan karakternya yang bersih,
transparan dan profesional (prinsip BTP) dengan menolak menerima suap dan
membongkar uang perjalanan dinas fiktif. Ahok memilih untuk fokus terhadap
pembangunan manusia, dengan analogi yang mudah diingat masyarakat, yaitu
membuat otak, perut, dan dompet warga penuh. Pembagian kartu nama yang
dilakukan sejak kampanye terus dilanjutkan, dan Ahok membuka dirinya terhadap
pengaduan-pengaduan dari warga secara langsung dengan membalas pesan sendiri melalui
telfon genggamnya. Selama menjabat sebagai anggota DPRD, Ahok menunjukkan
karakternya yang bersih, transparan dan profesional (prinsip BTP) dengan
menolak menerima suap dan membongkar uang perjalanan dinas fiktif. Kedekatan
dengan masyarakat, karakter Ahok yang bersih, dan keberaniannya membongkar
permainan uang membuat masyarakat mendorongnya mendaftar sebagai Bupati
Belitung Timur. Menjadi Bupati Belitung Timur hanya 18 bulan, Ahok menorehkan
berbagai keberhasilan. Ia menjadi bupati pertama se-Indonesia yang mampu
mewujudkan jaminan kesehatan universal melalui sistem asuransi yang tidak
membebani APBD dan pendidikan gratis 12 tahun. Kinerjanya sebagai Bupati juga
mendapat pengakuan di tingkat nasional, seperti oleh Majalah Tempo yang
menobatkannya sebagai 1 dari 10 tokoh yang mengubah Indonesia pada tahun 2006.
Ahok juga mendapat penghargaan sebagai Tokoh Anti Korupsi dari penyelenggara
negara oleh Gerakan Tiga Pilar Kemitraan. Di tahun 2012, Ahok terpilih menjadi
anggota DPR-RI dimana ia tetap konsisten menjalankan prinsip BTP dengan menjadi
satu-satunya anggota DPR yang memberikan laporan reses yang lengkap di
websitenya dan mengembalikan uang reses yang tersisa. Ahok juga menjadi anggota
DPR yang vokal mengadvokasikan peraturan-peraturan anti korupsi seperti
pembuktian terbalik bagi siapapun yang mau menjadi pejabat publik.
Panggung Ibukota
Selama
8 tahun sejak menjadi anggota DPRD Belitung Timur sampai menjadi anggota
DPR-RI, Ahok konsisten menjalankan prinsip BTP. Rekam jejak Ahok yang pernah menjadi
pejabat publik, baik sebagai eksekutif maupun legislatif, menjadi bekal sangat
berharga bagi Ahok untuk maju ke panggung yang lebih tinggi. Di tahun 2012,
Joko Widodo meminang Ahok sebagai calon Wakil Gubernur DKI Jakarta. Sebagai
pasangan yang sama-sama telah memiliki rekam jejak yang baik, pasangan
Jokowi-Ahok mampu meyakinkan warga Jakarta dan mengalahkan petahana. Menjadi
Wakil Gubernur, dan kemudian sebagai Gubernur Jakarta sejak tahun 2014,
merupakan panggung politik Ahok yang memperoleh sorotan nasional. Ahok mendapat
kesempatan untuk menunjukan kemampuannya melakukan terobosan-terobosan yang
dapat dijadikan sebagai contoh bagi daerah lain di Indonesia. Melalui berbagai
kebijakan, Ahok mampu mewujudkan pemerintahan daerah yang kehadirannya sangat
dirasakan dan melayani warga Jakarta. Salah satu contohnya adalah dengan
memperkuat peran kelurahan dengan kehadiran PPSU untuk menjawab pengaduan warga
secara cepat. Sejak 2012, Ahok juga konsisten menjaga APBD DKI agar digunakan
secara efektif dan tidak disalahgunakan. Ahok selalu mengunggah video-video
rapatnya, termasuk rapat anggaran yang sensitif, agar warga dapat melihat
proses pengambilan keputusan. Ahok dengan tegas memotong anggaran siluman dan
kegiatan yang tidak bermanfaat, dan kemudian mengarahkannya untuk pembangunan
masyarakat dan infrastruktur. Atas berbagai kebijakan dan pencapaiannya, Ahok
berhasil mendapat berbagai penghargaan, seperti anugerah Bung Hatta Anti
Corruption Award (BHACA) dan empat penghargaan dari Bappenas terkait rencana
kerja DKI Jakarta.
Menjabat
sebagai orang nomor satu di Ibukota negara tidak membuat Ahok kehilangan
karakternya yang dekat dan terbuka kepada masyarakat. Ahok meruntuhkan
kemegahan Balaikota DKI Jakarta yang dahulu terkesan angker dengan menerima
masyarakat yang mau bertemu langsung dengannya setiap hari. Pengaduan
masyarakat yang sejak menjadi Bupati Belitung Timur telah dilakukan juga terus
dilanjutkan hingga hari ini, di mana pengaduan warga yang masuk mencapai ribuan
per harinya. Ahok juga melanjutkan kebiasaannya menghadiri resepsi pernikahan
warga di akhir pekan, yang sekaligus digunakan untuk blusukan dan melihat
kondisi di lapangan.
Kerja
kerasnya membuahkan hasil yang nyata dan sangat dirasakan dan diapresiasi warga
DKI. Tidaklah mengejutkan jika ia dengan mulus memperoleh satu juta dukungan
warga DKI untuk maju melalui jalur independen. Dengan modal politik tersebut,
Ahok berhasil membuat partai-partai politik besar tidak punya jalan lain selain
mengusung Ahok tanpa syarat.
Anak Itu Tetap Di sini
Anak
itu tidak jadi pindah keluar negeri karena dorongan nuraninya untuk berbuat
bagi banyak orang dan amarahnya setiap kali melihat ketidakadilan dari
penguasa. Anak itu memilih untuk tetap di sini, di negeri yang ia cintai, untuk
melakukan perubahan dan memperjuangkan hak-hak rakyat. Ia tetap di sini namun
ia tak dapat berdiri sendiri. Perjuangannya ke depan untuk kembali menjadi
Gubernur DKI Jakarta 2017-2022 membutuhkan kita untuk berdiri di belakangnya,
mendukungnya, agar mimpi kita bersama yang bernama “Indonesia” bisa terus hidup
dan segera tercapai.
0 komentar:
Posting Komentar